Rabu, 08 Januari 2014
In:
Coretan Hati
Lorong Laki laki Bermata Biru
Hingga matahari meninggi masih terus juga ia bekerja. laki-laki bermata biru dengan hati seindah taman, bunga-bunga bakung putih jingga kuncup bermekaran. sesaat sebelum adzan, ia mensucikan diri. khusyu dalam wudhu, lalu sujud yang panjang dalam hening yang tersyukuri
Telah sampai ia pada bagian tanah yang menekuk ke dalam. bagian tanah yang licin dan menggelincirkan. pada seputar lekukan, belukar meliar tiada terkira. tersenyum ia. sejenak menatap ke atas langit, merentang tangan membuka dada, dihirupnya penuh udara. menundukkan diri sepenuh tubuh, dengan lisan basmallah perlahan, menyusup ia masuk ke sela belukar meliar.
Matahari telah mulai turun, saat tersiangi sudah belukar meliar. laki-laki bermata biru itu tertegun, senyum tetap tak lepas, di mukanya nampak satu lorong bagai gua kecil nan purba. celah pada dinding batu bagai rekah kelopak bunga angsana. terselip bagai stalaktit agak di sebelah dalam celah atas, segunduk batu bening, bersih bagai pualam. hampir saja tangan laki-laki bermata biru itu menyentuhnya, saat kembali terdengar suara panggilan
"Astagfirullah haladzim", lisannya mengucap tiga kali, begitu dalam dan perlahan...
Laki-laki bermata biru itu baru saja akan kembali ke tempat ia biasa bersujud, saat pandangnya tertegun. gua kecil purba itu tampak bergerak. sungguh bagai kelopak angsana, ia merekah amat perlahan. membasah di sekujur celahnya, lalu mulai mengelupas dengan amat pelahan. basahan air mulai menetes, dan tangan laki-laki bermata biru itu bergerak terulur. meletakkan telapak tangannya pada celah yang membasah, lalu mulai mensucikan diri
Matahari hampir benam ketika laki-laki bermata biru itu mengakhiri sujudnya. suasana begitu hening, terasa khusyu di dalam batin. laki-aki bermata biru itu tertegun, saat didengarnya tembang ilir-ilir yang biasa ia gumamkan saat kerja. matanya menangkap sedikit sinar menyilaukan dari celah dinding batu. sinar yang menuntunnya ke arah celah gua purba. bagai dilihatnya kembali masa kanak-kanak, dolanan keriangan ... bibir dan batinnya mengucap basmallah perlahan. (selepas salam, laki-laki bermata biru itu telah masuk ke dalam celah gua purba. terus masuk pada lorong, pada sujud berkepanjangan ... dan tak pernah tertampak lagi)
Telah sampai ia pada bagian tanah yang menekuk ke dalam. bagian tanah yang licin dan menggelincirkan. pada seputar lekukan, belukar meliar tiada terkira. tersenyum ia. sejenak menatap ke atas langit, merentang tangan membuka dada, dihirupnya penuh udara. menundukkan diri sepenuh tubuh, dengan lisan basmallah perlahan, menyusup ia masuk ke sela belukar meliar.
Matahari telah mulai turun, saat tersiangi sudah belukar meliar. laki-laki bermata biru itu tertegun, senyum tetap tak lepas, di mukanya nampak satu lorong bagai gua kecil nan purba. celah pada dinding batu bagai rekah kelopak bunga angsana. terselip bagai stalaktit agak di sebelah dalam celah atas, segunduk batu bening, bersih bagai pualam. hampir saja tangan laki-laki bermata biru itu menyentuhnya, saat kembali terdengar suara panggilan
"Astagfirullah haladzim", lisannya mengucap tiga kali, begitu dalam dan perlahan...
Laki-laki bermata biru itu baru saja akan kembali ke tempat ia biasa bersujud, saat pandangnya tertegun. gua kecil purba itu tampak bergerak. sungguh bagai kelopak angsana, ia merekah amat perlahan. membasah di sekujur celahnya, lalu mulai mengelupas dengan amat pelahan. basahan air mulai menetes, dan tangan laki-laki bermata biru itu bergerak terulur. meletakkan telapak tangannya pada celah yang membasah, lalu mulai mensucikan diri
Matahari hampir benam ketika laki-laki bermata biru itu mengakhiri sujudnya. suasana begitu hening, terasa khusyu di dalam batin. laki-aki bermata biru itu tertegun, saat didengarnya tembang ilir-ilir yang biasa ia gumamkan saat kerja. matanya menangkap sedikit sinar menyilaukan dari celah dinding batu. sinar yang menuntunnya ke arah celah gua purba. bagai dilihatnya kembali masa kanak-kanak, dolanan keriangan ... bibir dan batinnya mengucap basmallah perlahan. (selepas salam, laki-laki bermata biru itu telah masuk ke dalam celah gua purba. terus masuk pada lorong, pada sujud berkepanjangan ... dan tak pernah tertampak lagi)
Related Post
Description: Lorong Laki laki Bermata Biru Rating: 4.5 Reviewer: Andi Hasbi Jaya ItemReviewed: Lorong Laki laki Bermata Biru
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar